Deep learning dalam pendidikan
memiliki perbedaan mendasar dibandingkan pembelajaran tradisional yang berfokus
pada hafalan dan pengetahuan. Dalam bukunya, Deep Learning and
Constructivism in Education, Fred D. Davis (2019) mendefinisikan deep
learning sebagai proses pembelajaran yang menekankan pemahaman mendalam, di
mana siswa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah mereka
miliki, menciptakan keterkaitan konseptual, dan mampu mengaplikasikannya dalam
konteks nyata.
Menurut Paul Ramsden dalam Learning to Teach in Higher Education
(1992), deep learning memungkinkan siswa untuk tidak hanya mengingat
informasi, tetapi juga memahami dan mengaplikasikannya dalam berbagai konteks.
Pembelajaran ini menuntut keterlibatan aktif siswa, di mana mereka belajar
berpikir kritis, memecahkan masalah, dan membangun keterkaitan antara teori dan
praktik.
Michael Fullan dkk. (2018), menyatakan bahwa deep learning adalah
sebuah kemitraan global yang bertujuan untuk:
Deep learning juga mencakup proses penguasaan enam kompetensi global, yaitu: kreativitas (creativity), berpikir kritis (critical thinking), komunikasi (communication), karakter (character), kewarganegaraan (citizenship), dan kolaborasi (collaboration).
Kerangka Pembelajaran Mendalam (The Deep Learning Framework):
Tujuan Baru untuk Pembelajaran Kompetensi Global
Deep Learning, menurut Michael Fullan, adalah pendekatan pendidikan yang bertujuan membekali siswa dengan kompetensi global untuk menghadapi tantangan dunia yang semakin kompleks. Untuk mencapai hal ini, diperlukan kerangka pembelajaran yang terdiri dari tiga elemen utama:
1. Lapisan Inti: 6 Kompetensi Global (6C)
Kompetensi global ini adalah
inti dari pembelajaran mendalam, mencakup:
2. Lingkaran Kedua: Praktik Pembelajaran
Untuk mendukung penguasaan 6C, diperlukan empat elemen utama dalam praktik
pembelajaran:
3. Lapisan Terluar: Kondisi Sistemik
Pembelajaran mendalam memerlukan dukungan dari sistem pendidikan yang
lebih luas, meliputi:
Kesimpulan
Kerangka Pembelajaran Mendalam ini menggambarkan pendekatan yang
menyeluruh, dimulai dari pengembangan kompetensi inti (6C), didukung oleh
praktik pembelajaran yang inovatif, dan diperkuat oleh kondisi sistemik yang
mendukung. Dengan penerapan kerangka ini, siswa diharapkan dapat mengembangkan
kemampuan untuk berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif, sehingga siap
menghadapi dunia yang semakin kompleks dan saling terhubung.
DAFTAR PUSTAKA
Davis, F. D. (2019). Deep learning and constructivism in education.
New York, NY: Academic Press.
Fullan, M., Quinn, J., & McEachen, J. (2018). Deep learning: Engage
the world change the world. Thousand Oaks, CA: Corwin Press.
Ramsden, P. (1992). Learning to teach in higher education. London,
UK: Routledge.
Penulis : Dr. Ratna Prilianti, S.Si, M.Pd - Widyaiswara Ahli Madya Balai Diklat Keagamaan Semarang
Editor : Muklasin, S.H.
Sumber :
Tidak ada berita terkait
Komentar (0)