Di dalam pembelajaran di Madrasah, peserta didik sudah diajarkan tentang perkara-perkara ghaib. Perkara ghaib termasuk bagian dari Aqidah. Oleh karenanya, perlu ditanamkan sejak dini. Di tingkat Madrasah Ibtidaiyah diajarkan tentang enam rukun iman, tingkat Madrasah Tsanawiyah diajarkan tentang makhluk ghaib selain malaikat dan peristiwa-peristiwa di alam ghaib. Sedangkat di tingkat Madrasah Aliyah diajarkan tentang prinsip-prinsip akidah dan metode peningkatannya.
Mempelajari dan mengajarkan hal yang ghaib bukan hal yang mudah. Mengapa? ya karena panca indera tidak mampu menjangkaunya. Oleh karena itu, bukan lagi panca indera yang dibutuhkan untuk memahami akan tetapi hati dan pikiran dimana didalamnya bersemayam akal dan keyakinan. Bisa jadi, dengan penjelasan yang memadai akal dapat menerimanya. Namun sebaliknya, jika penjelasan tidak memadai justru akan menimbulkan kebingungan.
Ibnu Faris mendefinisikan kata ghaib secara bahasa sebagai berikut:
الغيب : كل ما غاب واستتر عن العيون سواء كان حسيا او معنويا
“segala sesuatu yang tersembunyi dan tertutup dari mata baik secara rasa maupun maknawi”
Pengertian ghaib dalam konteks syari’at dapat ditemukan dalam beberapa pendapat para ulama, terutama yang terkait dengan penafsiran kata ghaib yang terdapat dalam al-Qur’an. Contohnya sebagai berikut:
الذين يؤمنون بالغيب
Para ulama, menafsirkan “al-ghoib” dalam kalimat di atas sebagai berikut:
Demikianlah para ulama memahami dan menafsirkan kata ghaib yang terdapat dalam al-Qur’an.
Pembagian Ghaib
Ghoib dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Ghoib Mutlak
Ghoib Mutlak yaitu berkaitan dengan Allah subhanahu wa ta’alaa, dan tidak berkaitan dengan lainnya. Hanya Allah sajalah yang mengetahuinya.
Dalil yang dijadikan sebagai dasar ghoib mutlak antara lain yaitu;
قُلْ لَّا يَعْلَمُ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ الْغَيْبَ اِلَّا اللّٰهُ ۗوَمَا يَشْعُرُوْنَ اَيَّانَ يُبْعَثُوْن
“Katakanlah (Muhammad), “Tidak ada sesuatu pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah. Dan mereka tidak mengetahui kapan mereka akan dibangkitkan”
اِنَّ اللّٰهَ عِنْدَهٗ عِلْمُ السَّاعَةِۚ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَۚ وَيَعْلَمُ مَا فِى الْاَرْحَامِۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًاۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌۢ بِاَيِّ اَرْضٍ تَمُوْتُۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
“Sesungguhnya hanya di sisi Allah ilmu tentang hari Kiamat; dan Dia yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal”
2. Ghoib Nisbi
Ghoib Nisbi yaitu perkara ghoib yang dimungkinkan makhluk dapat mengetahuinya, namun tidak secara terperinci. Disebut sebagai ghoib nisbi karena dinisbatkan pengetahuannya menyaksikan hal-hal yang ghoib.
Sedangkan dalil yang dijadilan sebagai dasar ghoib nisbi yaitu surat Ali Imran: 44
ذٰلِكَ مِنْ اَنْۢبَاۤءِ الْغَيْبِ نُوْحِيْهِ اِلَيْكَ ۗوَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ اِذْ يُلْقُوْنَ اَقْلَامَهُمْ اَيُّهُمْ يَكْفُلُ مَرْيَمَۖ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ اِذْ يَخْتَصِمُوْنَ
“Itulah sebagian dari berita-berita gaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), padahal engkau tidak bersama mereka ketika mereka melemparkan pena mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan engkau pun tidak bersama mereka ketika mereka bertengkar”
Dalam sebuah rubrik tanya jawab dengan nama “mafahim” dengan narasumber Syeikh Ali Jum’ah, beliau secara rinci menjelaskan tentang ghoib. Menurutnya ghoib dibagi menjadi 3, yaitu ghoib nisbi, ghoib muthlaq dan ghoib al-ghoib.
1. Ghoib Nisbi
Sesuai dengan karateristik di alam. Kita bisa melihat sesuatu dan bekas sesuatu, seperti listrik dan cahaya. Listri ada tp tidak bisa kita lihat. Yang kita lihat adalah bekasnya yaitu cahaya. Contoh lainnya yaitu akal. Indra manusia terbatas, maka apa yang tidak bisa dilihat/diketahui oleh indera.
2. Ghoib Muthlaq
Manusia tidak dapat melihat tapi makhluk lain dapat melihatnya. Seperti arsy, surga dan neraka, malaikat dapat melihatnya, tapi manusia tidak.
3. Ghoib al-Ghaib
Yaitu Allah subhanahu wa ta’alaa. Dzat Allah tidak dapat diketahui baik oleh para nabi rasul, para malaikat dan makhluk ghaib lainnya.
Referensi
Al-Fairuzzabadi, Abu Thahir Muhammad bin Ya’qub. (tt). Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn ‘Abbas. Jakarta: Dar al-Kutub al-‘Arabiyah.
Al-Ghaniman, Ahmad bin ‘Abdillah. (). ‘Ilm al-Ghoib fi asy-Syari’ah al-Islamiyah. Madinah: Maktabah al-‘Ulum wa al-Hikam.
Channel Youtub Nabawi TV, https://www.youtube.com/watch?v=dT8HcRdujrw&t=68s
Penulis :
Editor :
Sumber :