Top
    bdk_semarang@kemenag.go.id
(024) 7460290 / 08-222-555-9177

Amin Suyitno : Masjid Harus Menjadi Tempat yang Teduh bagi Jamaah

Jumat, 01 Desember 2023
Kategori: Berita
498 kali dibaca

(BDK KITA – Semarang) Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Republik Indonesia Prof. Dr. Amien Suyitno, M.Ag., memberikan materi Pengembangan Sistem Pelatihan kepada para peserta Pelatihan Di Wilayah Kerja (PDWK) yang diselenggarakan oleh BDK Semarang. Materi disampaikan secara daring melalui zoom meeting kepada peserta yang berada di beberapa lokus yang berbeda. Antara lain, Peserta PDWK Manajemen Kemasjidan di Wilayah Kankemenag. Kab. Gunungkidul dan Kab. Tegal serta PDWK Keluarga Sakinah di Kab. Kulon Progo dan Kota Tegal.

Mengawali penyampaian materinya, Amin Suyitno mengatakan, “Diklat yang dirancang oleh BDK Semarang baik yang menyangkut Kemasjidan maupun Keluarga Sakinah, mempunyai tujuan yang sangat penting. Artinya diklat ini bukan semata dirancang untuk kebutuhan jangka pendek. Misi yang paling penting, mari kita ‘urun rembug’ bersama, atau ‘Knowledge sharing’ tukar fikiran bersama-sama, mendiskusikan dengan fasilitator bagaimana mengelola masjid yang adaptif yang bisa memberikan kemanfaatan yang lebih luas pada para jamaah”. (01/12/2023)

Dahulu Masjid sebagai sentral semua kegiatan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. baik dalam peribadatan, ibadah mahdhah maupun ghoiru mahdhah bahkan sampai pada tingkat ‘civilization center’ (pusat peradaban), karena waktu itu fasilitas publik belum sebanyak sekarang. Problem di Indonesia ada kesan fungsi masjid seperti pada Zaman Nabi, padahal pelayanan publik (diluar masjid -red) semakin banyak dan luas. Sebenarnya tidak masalah, tapi agar masjid harus difungsikan lebih banyak digunakan untuk tuntutan peribadatan mahdhah. Jangan sampai atas nama ibadah sosial, fungsi masjid untuk spiritual menjadi tidak maksimal, tutur Amin Suyitno.

“Kedepan, bicara pengelolaan masjid perlu diklat manajemen kemasjidan lanjutan. Misal diklat pertama masjid sebagai pusat pengelolaan peribadatan mahdhah, diklat kedua masjid sebagai pusat peribadatan sosial dan diklat ketiga pusat pengelolaan keuangan masjid”, kata Amin Suyitno. Kata kunci yang paling penting masjid harus menjadi tempat yang teduh bagi jamaah. Tempat yang teduh, ‘ayem tentrem’ supaya orang beribadah betul-betul menguatkan spiritualnya, jangan sampai ada penggunaan rumah ibadah yang miss function. Pengurus/takmir masjid harus memastikan, agar fungsi yang sifatnya spiritual lebih diutamakan, karena kegiatan non ibadah mahdhah sudah banyak difasilitasi.


Masjid adalah laboratorium umat, sebab contoh/praktek baik ajaran agama dimulai dari masjid, dan yang paling asasi adalah tentang kebersihan, misal kebersihan di dalam masjid maupun toilet bagian dari tempat toharoh, sering kita abai dalam hal itu. Masjid yang bagus adalah masjid dipastikan sesuai fungsinya, kebersihannya terjaga.

“Pengelolaan masjid yang ramah, menghindari kegaduhan. Pengurus/takmir masjid harus ‘a ware’ (menyadari) belakangan banyak oknum menggunakan masjid bukan sebagai masjid, atau muncul tokoh baru dari luar daerah mengambil alih pengelolaan masjid. Takmir harus mengelola semua hal dalam tata Kelola masjid, dengan membuat rambu-rambu, ketentuan agar tidak muncul kegaduhan. Kita bertugas layanan umat harus teduh, harmoni dan difasilitasi dengan baik”, tutur Suyitno.

Hadir dalam zoom meeting ini, Kepala BDK Semarng, Dr. H. Muchamamd Toha, Hj. Siti Nur Maunah, S.HI., M.S.I., dan juga Ketua Tim Kerja Pelatihan Teknis Pendidikan dan Keagamaan Drs. H. Khoirul Anwar serta para panitia pelatihan PDWK Manajemen Kemasjidan dan Keluarga Sakinah dari masing-masing lokus.

Menyinggung pelatihan Keluarga Sakinah, Kepala Badan mengatakan, “Tahun ini, kita akan mereformulasi beberapa pelatihan salah satunya pelatihan keluarga kakinah. Yang mau kita perbaiki Kurikulum silabus-nya, medianya, upgrading para widyaiswara-nya dan Juga kriteria pesertanya. Kriteria peserta juga penting dirumuskan kriterianya. Misalnya pesertanya memang dari keluarga yang tidak sakinah, apa tidak Sakinah menyangkut iqtisodiyah atau al-mahabbahnya”.

Dibutuhkan kursil dalam pelatihan keluarga Sakinah yang relevan saat ini adalah bagaimana mengelola konflik, manajemen resiko. Sebab orang tidak mungkin menghidari konflik sebab konflik harus di hadapi, ditata, dikelola dan dicari solusi. Banyaknya terjadi firoq (perceraian) pasti didahului konflik, Hasil penelitian tentang firoq faktor utamanya konflik keluarga, tegas Suyitno.

Pelatihan keluarga Sakinah jangan hanya menggambarkan hal-hal positif saja, Suyitno menegaskan, “Harus juga dicontohkan sebagai sebuah resolusi konflik adalah beberapa teori ‘risk management’ agar siap-siap dengan problem kerumahtangganya, mengantisipasi badai rumah tangga, mampu memitigasi ombak besar yang mengancam keberlangsungan bahtera rumah tangga”.  Keluarga miniatur negara, maka fungsi masing-masing kepala keluarga harus on The Right Place. Fungsi seorang ibu harus tepat sebagai seorang ibu, fungsi Ayah harus sesuai sebagai seorang ayah, namun tidak perlu rigid (kaku). Kita harus terbiasa mencairkan suasana keluarga dengan pendekatan inklusivisme. (*)

 

Penulis : Nuruz Zaman Amsa | Fotografer : Nazaruddin Latif

Editor : Tim Publikasi

Sumber : Pelatihan Tenaga Tenaga Teknis Pendidikan dan keagamaan, Panitia PDWK dan Tim Publikasi Semarang


Berita Terkait

ARSIP