Top
    bdk_semarang@kemenag.go.id
(024) 7460290 / 08-222-555-9177

KUASA DAN WANITA

Jumat, 14 April 2023
Kategori: Opini
687 kali dibaca

BDK KITA, Semarang - Saya melaksanakan perjalanan dinas ke kota minyak dengan rerimbun pohon jati di Jawa Tengah yaitu Kabupaten Blora, Kamis, 25 Januari 2023. Perjalanan dari Semarang melewati Kabupaten Grobogan yang beribu kota di Purwodadi, sesampai di Kecamatan Tawangharjo terlihat gerbang bertuliskan Makam Ki Ageng Tarub, makam ini persisnya berada di Desa Tarub kuang lebih berjarak 14 km dari alun-alun Purwodadi. ketika sampai di makam itu teringatlah saya akan dongeng pengantar tidur yang pernah diceriterakan emak saya, yaitu Joko Tarub dan ternyata kisah itu bukan fiktif, imajiner ternyata terdapat makamnya dan bisa saya kunjungi. Sebagai anak yang terlahir dari keluarga jawa selain dongeng Joko Tarub, saya juga mendengar dari emak saya dongeng Joko Samudro (Sunan Giri Gresik), Joko Jumput Anak Mbok Rondo Praban Kinco (cerita babad Suroboyo), Ki Pangaskarto (Buyut Sindujoyo) Santri kesayangan Raden Fatihal (Sunan Prapen) cucu Sunan Giri yang ditugaskan untuk membabad Gresik wiyah utara tanah kelahiran saya.

Ketika sampai di pesarean (makam) Ki Ageng Tarub ternyata kisah yang saya dapatkan sama dengan yang pernah saya terima dari emak saya yaitu Joko Tarub adalah sosok pemuda berasal dari Desa Tarub yang hidupnya selalu tirakat dan mendekatkan diri pada Penciptanya.  Kegemarannya berburu di hutan dengan kebiasaan membawa tulup (alat yang penggunaannya harus ditiup) yang berhasil menikahi seorang bidadari yang bernama Nawang Wulan. Dicerikan ada 7 bidadari yang mandi di sendang (telaga) salah satu bidadari itu kekita mandi melepas busananya selendang tersangkut tulup Joko Tarub dan terbawa pulang akhirnya satu bidadari itu tertinggal di bumi karena tidak bisa terbang, ringkasnya bidadari itu dijadikan istri oleh Joko Tarub dan melahirkan keturunan menjadi raja-raja di Jawa. Dari perkawinan Joko Tarub dengan Nawang Wulang lahir Nawangsih (putri) yang dikawinkan dengan Bondan Kejawan (putra Brawijaya V) dari perkawinan ini lahir Ki Getas Pandawa yang berputra Ki Ageng Selo berputra Ki Ageng Ngenis berputra Ki Ageng Pemanahan berputra Danang Sutawijaya bergelar Panembahan Senopati pendiri Dinasti Mataram Islam.

Kendatipun perkawinan Ki Ageng Tarub (makhluk bumi) dengan Nawang Wulan (bidadari / makhluk langit) lebih beraroma fiktif, namun barangkali bisa diambil sanepan bahwa untuk tampil sebagai pemimpin yang hebat, kuat serta mempunyai penerus yang baik maka diperlukan pendamping hidup (istri) yang bisa berpikir melompat tinggi melampaui berpikir perempuan pada jamannya karena ketinggian budi pekerti dan ketinggian paras diri akan menjadi pendorong semangat laki-laki yang akan tampil sebagai pemimpin.

Kisah yang lebih jauh lagi pada tahun 1222 M, dengan tokoh Ken Arok (Angrok) pendiri Kerajaan Singasari (Singhasari) yang harus didampingi perempuan jelita bernama Ken Dedes istrinya. Begitu juga Nyai Subang Larang istri Prabu Siliwangi yang dari perkawinan itu lahir Kian Santang tokoh legendaris di Tatar Pasundan. Singkatnya perempuan yang kelihatan ringkih gemulai itu ternyata memiliki daya tersendiri dalam mendukung eksistensi laki-laki, terbukti Panembahan Senopati harus bersusah parah dalam menaklukkan Raden Ayu Retno Dumilah Adipati Madiun dan akhirnya bupati perempuan pertama itu dijadikan permaisuri.

Begitu juga dengan Ratu Kalinyamat yang ketika kecil bernama Ratna Kencana, putri dari Pangeran Trenggono, cucu Raden Patah sultan Demak pertama, memangku jabatan sebagai Adipati Jepara yang terkenal cerdas dan pemberani, terutama kepada Arya Penangsang Adipati Jipang Panolan yang dianggap telah membunuh suaminya Pangeran Hadirin, dan dengan berkonspirasi bersama Mas Karebet (Jaka Tingkir), Danang Sutawijaya (Panembahan Senopati) berhasil membunuh Aryo Penangsang dengan pusaka tombak Kiyai Plered.

Kisah perempuan yang cerdas dan tangguh sehingga sangat membantu perjuangan suaminya juga ada pada diri Ummul Mukminin Khodijah al-Kubro binti Khuwailid yang telah menyerahkan segala jiwa, raga dan hartanya bagi perjuangan Nabi Muhammad SAW, begitu juga Perempuan Hajar yang telah mendukung penuh perjuangan Abul Anbiya' Nabi Ibrahim as, dan berhasil melahirkan Nabi Ismail as. Dari perempuan Asyiah maka selamatlah Nabi Musa as dari kerasnya Fir'aun penguasa Mesir pada waktu itu. Kegigihan Dewi Sekardadu menjadikan bayi Joko Samudro selamat dari murka Prabu Minak Sembuyu (kakek Joko Samudro) penguasa Tanah Blambangan, dan melalui kegigihan perempuan  Nyai Ageng Pinatih pula Joko Samudro berhasil menjadi tokoh agama dan membangun pusat kekuasaan dan dakwah Islam di Giri Kedaton.

al mar'atu imadu al bilad (perempuan adalah tiang negara) memang sangat tepat karena dari perempuan yang cerdas dan berbudi tinggi akan lahir generasi mendatang penerus perjuangan yang berkualitas. addun'ya mata'un wa khairu mata'iha al mar'atus shalihah (dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah perempuan shalihah), perempuan adalah penyemangat maka tidak sedikit laki-laki yang sukses karena dorongan perempuan, sebaliknya tidak sedikit pula laki-laki terjerembab karena rong-rongan perempuan, karena itulah dalam organisasi adanya Muslimat itu penting, begitu juga dalam kedinasan pembinaan terhadap Darma Wanita juga penting, bahkan populer di kalangan masyarakat Jawa tentang Katuranggan Wanita yaitu buku pegangan tentang karakter wanita karena dari hubungan pria dan wanita inilah lahir pala krama yang artinya buah perkawinan yang akan menentukan generasi yang akan datang.

Penulis : Muchammad Toha

Editor : Fandy Akhmad

Sumber :


Berita Terkait

ARSIP