Top
    bdk_semarang@kemenag.go.id
(024) 7460290 / 08-222-555-9177

Pendidikan Mahal: Membeli Kualitas atau Hanya Prestige?

Kamis, 23 Januari 2020
Kategori: Opini
2790 kali dibaca

      Perkembangan keputusan orang tua dalam memilih  lembaga pendidikan formal saat ini berbeda dengan  10 tahun yang lalu. Saat ini mayoritas orang tua memilih menyekolahkan anaknya ke sekolah swasta berbasis islami/boarding/pondok pesantren. Padahal biaya yang dikeluarkan untuk menyekolahkan anak di sekolah swasta jauh lebih mahal jika dibandingkan bersekolah di sekolah negeri. Satuan pendidikan dasar untuk tingkat SD dan SMP sudah diprogramkan pemerintah dengan gratis. Pemerintah sudah menyediakan pendidikan dengan kurikulum standar, namun layanan tersebut belum bisa mengakomodir semua keinginan masyarakat. Keinginan orang tua untuk menjaga moral dan membentuk karakter anak menjadikan sekolah berlabel Islam di daerah perkotaan laris manis. Kondisi perkotaan berbeda dengan daerah pedesaan di mana anak-anak masuk sekolah umum saat pagi hari dan sore harinya di madrasah diniyah.

      Di perkotaan, jika orang tua ingin memberikan  ajaran Islam yang memadai, maka opsi yang dipilih adalah memasukkan anak ke sekolah sekolah swasta berbasis islami/boarding/pondok pesantren. Banyak sekolah berlabel Islam memungut bayaran mahal untuk uang masuk dan iuran bulanannya. Di Semarang, sekolah berlabel Islam favorit setingkat SD memungut uang pangkal 20 - 25 juta rupiah dengan SPP antara 900-1,2 juta ribu rupiah per bulan, belum termasuk biaya lain-lain yang membebani orang tua. Sekalipun mahal, peminat tetap membludak karena adanya nilai plus berupa pengajaran materi-materi keislaman.

      Kenyataan yang terjadi sekarang sangatlah berkebalikan dengan prinsip ekonomi. Jika prinsip ekonomi diterapkan dalam pendidikan, seharusnya orang tua memilih sekolah dengan biaya pendidikan yang rendah atau bahkan gratis ketika menyekolahkan anaknya. Sekolah-sekolah negeripun tidak diragukan untuk output akademiknya. Artimya, jika orang tua menerapkan prinsip ekonomi dalam menyekolahkan anaknya maka akan memilih sekolah negeri yang favorit dan gratis. Kenyataannya, saat ini banyak orang tua memutuskan menyekolahkan anaknya ke sekolah swasta berbasis islami/boarding yang biaya pendidikannya cukup mahal. Orang tua dengan rela mengeluarkan biaya yang mahal untuk pendidikan anaknya disebabkan karena trend yang ada di masyarakat, untuk menaikkan prestige atau untuk membeli sebuah kualitas pendidkan?

      Penentuan pilihan sekolah yang dilakukan orangtua tidak hanya permasalahan biaya mahal atau murah. Biaya bukan satu-satunya faktor yang dipertimbangkan, namun masih banyak faktor lainnya seperti fasilitas, budaya sekolah, dan program kurikulum termasuk di dalamnya program unggulan yang ditawarkan oleh suatu sekolah apakah dapat mencukupi kebutuhan oramg tua saat ini atau tidak serta kepuasan konsumen. Kepuasan  konsumen  adalah  suatu  harapan  dan  kebutuhan pelanggan terpenuhi dengan mengacu pada: hasil yang dicapai, evaluasi hasil yang dicapai,  dan pengembangan hasil yang dicapai. Orang tua tidak hanya mengikuti trend dan menaikkan prestige tentunya ketika membeli pendidikan yang mahal. Konsumen juga melakukan evaluasi terhadap biaya yang telah dikeluarkan dengan menggunakan Return on Investment, yaitu memperbandingkan manfaat / hasil pendidikan dengan biaya yang dikeluarkan.

Penulis :

Editor :

Sumber :


Berita Terkait

ARSIP